24.3 C
Palu
29 Maret 2024
Advokasi

Pernyataan Sikap Koalisi Masyarakat Palu Damai (KAMAI)

Peristiwa penganiayaan yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap dua orang anak terduga kasus pencurian yang terjadi di Kota Palu, 21 Februari 2018, telah memunculkan beragam tanggapan dari berbagai pihak. Satu di antaranya muncul dari Koalisi Masyarakat Palu Damai (KAMAI). Dalam pernyataan sikapnya yang disampaikan di Sekretariat AJI Palu, Minggu, 25 Februari 2018, KAMAI yang sangat menyesalkan terjadinya peristiwa tersebut.

KAMAI sendiri merupakan gabungan dari berbagai organisasi masyarakat sipil dan individu-individu yang menuruh perhatian dan kepedulian terhadap berbagai permasalahan sosial yang terjadi di Kota Palu.

Berikut adalah pernyataan sikap dari Koalisi Masyarakat Palu Damai (KAMAI) terkait dengan kasus tersebut:

PERNYATAAN SIKAP
KOALISI MASYARAKAT PALU DAMAI (KAMAI)

Kasus kekerasan yang berbuah korban jiwa kembali terjadi di Kota Palu. Kali ini, mereka yang menjadi korban adalah anak-anak kita, adik-adik kita: Moh. Alfayer (14 tahun) dan Gilang Ramadhan (13 tahun). Hanya karena dituduh melakukan pencurian, pada Rabu malam, 21 Februari 2018, kedua anak itu mengalami penganiayaan oleh sekelompok orang. Moh. Alfayer meregang nyawa; sedangkan Gilang Ramadhan sampai hari ini masih terbaring dalam keadaan kritis di rumah sakit.

Kasus ini bukan hanya tragis, tapi juga sangat miris. Sepanjang tindak penganiayaan itu dilakukan bahkan ada yang memvideokannya dan mengunggahnya ke media sosial, seakan hendak menunjukkan bahwa tindakan brutal mereka adalah suatu hal yang layak untuk dibanggakan! Tindakan brutal ini pun justru terjadi ketika Kota Palu tengah bebenah untuk menjadikan dirinya sebagai Kota Layak Anak.

Kami, Koalisi Masyarakat Palu Damai (KAMAI), sebagai bagian dari warga Kota Palu, SANGAT MENYESALKAN terjadinya peristiwa penganiayaan yang berujung kematian tersebut. Peristiwa ini kembali memberi gambaran bahwa negara telah abai untuk melindungi hak-hak warganya; dan hukum yang semestinya ditegakkan dan dijunjung tinggi telah dilecehkan supremasinya.

Oleh karena itu, KAMAI MENDESAK agar aparat penegak hukum SEGERA mengusut dan mengungkap kasus ini sampai tuntas secara adil dan transparan. Penanganan kasus ini pun harus menjadi prioritas. Lebih dari itu, untuk mengembalikan supremasi hukum dan tegaknya keadilan, kami pun MENDESAK agar aparat penegak hukum bisa mengungkap para pelaku tanpa pandang bulu dan mempertanggung-jawabkan tindakan mereka di hadapan hukum.

KAMAI akan terus mendampingi, memantau, dan menyikapi pengusutan dan pengungkapan kasus ini secara serius. Bagaimanapun, masyarakat Kota Palu harus segera bisa mendapatkan informasi yang jernih dan akurat terkait dengan kasus tersebut. Hal ini kami pandang penting, terutama untuk meminimalisir kemungkinan berbagai dampak lanjutan yang tidak diinginkan; dan kasus ini tidak dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok yang berpikiran picik untuk memicu munculnya gejolak di tengah masyarakat. Sejalan dengan itu, KAMAI pun akan melakukan pendampingan hukum dan psikologis, terutama untuk keluarga korban, agar mereka tidak terbawa pada agresivitas emosi yang berlebihan dan akan merugikan.

Akhirnya, KAMAI MENGHIMBAU agar masyarakat Kota Palu tidak terpancing dengan isu-isu atau informasi-informasi yang mungkin saja tidak bisa dipertanggungjawabkan dan berpotensi untuk membuahkan gejolak. Kami yakin, masyarakat Kota Palu masih menyimpan semangat Nosarara Nosabatutu: bersatu menjaga kebersamaan, persaudaraan, dan kedamaian.

Tiada yang lebih menyedihkan selain ketika kita sudah kehilangan persaudaraan dan rasa kemanusiaan. Kali ini, dua orang anak yang telah menjadi korban tindak kekerasan. Jangan sampai peristiwa demikian terjadi lagi di masa depan. Bersama, kita akan menjaganya.

Damai selalu Kota Palu.

Palu, 25 Februari 2018
KOALISI MASYARAKAT PALU DAMAI (KAMAI)

 

Sejumlah berita yang terkait dengan peristiwa ini, di antaranya bisa dibaca di tautan berikut :

***

Tulisan terkait

Pelatihan Fasilitator Tim Penggerak Rekonstruksi Komunitas Pascabencana

Rini Lestari

Pelatihan Analisis Sosial

Rini Lestari

A City Turns to Face Indonesia’s Murderous Past

Jeremy Kutner

Tinggalkan Komentar