33.2 C
Palu
25 April 2024
Aktivitas

Diskusi Literasi Bencana Desa Soulowe

Literasi bencana menjadi salah satu hal yang harus dipahami oleh masyarakat Indonesia, mengingat Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana. Bahkan Indonesia masuk dalam wilayah Ring of Fire  atau cincin api karena di kelilingi oleh banyak gunung  merapi aktif dan juga garis sesar. Dalam keadaan ini, mau tidak mau masyarakat Indonesia harus siap menghadapi bencana yang dapat datang kapan saja, dengan memahami tentang literasi kebencanaan.

4 September 2019, tim penggerak Desa Soulowe bersama masyarakat desa mengadakan diskusi tentang kebencanaan. Diskusi ini bertujuan agar masyarakat Desa Soulowe bisa lebih memahami tentang bencana dan juga mengetahui sejarah bencana yang ada di Sulawesi Tengah. Karena selama ini, pengetahuan  warga Desa Soulowe tentang kebencanaan masih sangat minim.

Pertemuan ini di inisiasi oleh tim penggerak dalam Program Rekonstruksi Bebasis Komunitas di Desa Soulowe. Dengan mengundang Dr. Abdullah sebagai narasumber dalam diskusi tersebut, warga Soulowe mengikuti diskusi dengan cukup antusias. Dr. Abdullah adalah seorang dosen di Universitas Negeri Tadulako yang juga merupakan seorang peneliti Sesar Palu Koro.

Dalam diskusi tersebut, Dr. Abdullah membawakan materi dengan tema “Kesiap Siagaan Menghadapi Gempa Bumi dan Bencana Turunannya.” Dalam pemaparannya, Dr. Abdullah menyampaikan bahwa di Indonesia ada 7 provinsi yang paling rawan terjadi bencana, yaitu Provinsi Sumatera Barat, Bengkulu, Jakarta, Yogyakarta, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Tengah. Dr. Abdullah juga menyampaikan tentang jenis-jenis bencana alam apa saja yang ada, dan proses terjadinya bencana alam itu sendiri.

Dalam materi yang dibawakan oleh Dr. Abdullah, ia juga menyampaikan tentang sejarah kebencanaan di Sulawesi Tengah. Mulai dari gempa tektonik (gempa bumi yang disebabkan oleh pergeseran lempeng plat tektonik) pertama di Sulawei Tengah yang tercatat terjadi pada tahun 1907, yang disebut  dengan gempa Lemo. Dan juga gempa dan tsunami yang terjadi di Teluk Palu akibat dari pergerakan Sesar Palu Koro pada tanggal 20 Mei 1938, dengan kekuatan 7,6 SR yang mengakibatkan down-lift di pantai Teluk Palu dan tsunami setinggi  4 meter. Selain dua peristiwa gempa dan tsunami tersebut, Dr. Abdullah menceritakan berbagai peristiwa bencana  yang pernah terjadi di Sulawesi Tengah, juga kerusakan dan jumlah korban yang diakibatkan dari bencana tersebut.

Antusias warga Desa Soulowe terlihat saat Dr. Abdullah membuka sesi tanya jawab. Masyarakat sangat antusias menanyakan hal-hal yang masih belum mereka pahami, ada juga warga yang menanyakan tentang rongga tanah yang ada di Soulowe, yang bahkan sudah ada sebelum bencana terjadi dan ditemukan sendiri oleh Kepala Desa Soulowe yang saat itu juga menjadi tukang gali sumur.

Diskusi selesai setelah sesi tanya jawab berakhir. Tim penggerak Desa Soulowe berharap setelah diskusi ini, pengetahuan masyarakat Soulowe tentang kebencanaan semakin bertambah. Dan mereka bisa lebih memahami tentang pentingnya literasi kebencanaan untuk dimiliki oleh setiap warga masyarakat.***

Tulisan terkait

Eks-Tapol Minta Kerangka Suaminya Dikembalikan

SKP-HAM Sulteng

768 Nama Korban Pelanggaran HAM 1965/1966 di Palu

Nurlaela Lamasitudju

Mengubah stigma dan mewujudkan pemenuhan hak korban pelanggaran HAM berat di Sulteng

Lia Fauziah

Tinggalkan Komentar