Beranda » Aktivitas » Kesiapsiagaan Bencana » Tanggap Darurat Bencana » Keberlanjutan Pembentukan Komite Warga

Pertemuan Kelompok Kerja Pelibatan Masyarakat

Keberlanjutan Pembentukan Komite Warga

0 komentar 21 dilihat

Awal Januari 2019, Kelompok Kerja Pelibatan Masyarakat (Pokja CEWG) melangsungkan pertemuan pada Kamis, 10 Januari 2019 bertempat di ruang rapat Pospenas. Pertemuan berlangsung selama kurang lebih dua jam, dan diikuti oleh perwakilan dari Yayasan Rumah Padagi Indonesia, IOM, UNFPA, PKBI Sulteng, Nusantara Jaya Foundation, Pasigala Tangguh, Sikola Pomore, UNICEF, dan Sulteng Bergerak. Pokja CEWG dibentuk dengan tujuan untuk mendukung koordinasi antar klaster untuk masyarakat terdampak bencana, mendukung koordinasi antar klaster dalam mengintegrasi pandangan masyarakat terdampak dalam koordinasi dan pengambilan kebijakan, dan menyediakan akses pada masyarakat terdampak untuk memberi masukan pada kinerja pemberi bantuan.

Dalam pertemuan ini, salah satu yang menjadi pembehasan adalah keberlanjutan pembentukan Komite Warga (KW). Komite warga ini didirkan oleh wakil-wakil kepentingan di dalam komunitas; secara mandatori wakil-wakil kepentingan yang harus ada sekurang-kurangnya berasal dari perempuan, remaja, orang lanjut usia, dan disabilitas.

Pembentukan komite warga dilakukan dalam proses konsultasi bersama, dengan didampingi oleh minimal dua fasilitator. Komite Warga memiliki berfungsi mendukung kerja-kerja advokasi berbasis fakta untuk diupayakan pemenuhannya secara bersama, berkoordinasi dengan organisasi-organisasi kemanusiaan yang terlibat dalam proses pemulihan pasca bencana, mengupayakan respon swadiri terhadap umpan balik dari anggota-anggota masyarakat dan merumuskan prioritas kebutuhan masyarakat, melacak rumor dan dapat melaporkan peristiwa-peristiwa sensitif dengan cara-cara yang tak merugikan atau melukai korban, mendukung dan mengkoordinasikan langkah-langkah kolektif guna mempengaruhi pengambilan keputusan.

Dengan adanya keterlibatakn masyarakat secara aktif dalam Komite Warga ini diharapkan dapat memungkinkan warga penyintas gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi di Sulawesi Tengah berada di deret depan dalam proses pembangunan kembali dan upaya-upaya perubahan perilaku yang memperkokoh pengurangan risiko bencana di lingkungannya.

Juga dalam pertemuan ini, Fajar, selaku perwakilan dari IOM menyampaian perkembangan Pelatihan Kamp Manajemen yang telah dilaksanakan sebanyak empat kali dan diikuti oleh perwakilan penyintas dari beberapa titik lokasi pengungsian. Seperti juga dalam pembahasan subklaster Koordinasi dan Manajemen Tempat Pengungsian (KMTP), pelatihan ini dimaksudkan untuk membekali penyintas dengan pengetahuan-pengetahuan seputar cara mengelola dan mengoperasikan tempat pengungsian.

Perkembangan terbaru, pihak IOM tengah mempersiapkan dilaksanakannya pelatihan kamp manajemen yang ke lima. Untuk menyasar titik-titik lokasi yang perwakilannya belum pernah terlibat dalam pelatihan ini.***

Tinggalkan Komentar