32Pertama kali saya datang ke SKP-HAM Sulawesi Tengah sewaktu mengantar kakek saya datang pada acara pertemuan korban. Ketika itu, saya baru lulus SMA. Saya ingat, orang pertama yang saya temui di SKP-HAM adalah Kak Dewi. Pertemuan dengan Kak Dewi bisa membuat saya merasa nyaman. Padahal, saya adalah anak pemalu dan selalu merasa takut kalau bertemu dengan orang yang baru saya kenal. Saya bukanlah anak yang punya kepercayaan diri yang tinggi. Namun, setelah bertemu dengan Kak Dewi, rasa percaya diri saya bisa terus bertambah. Semenjak saat itu, saya jadi sering datang ke SKP-HAM. Saya yang awal nya hanya mengantar kakek, kemudian mulai ikut dalam berbagai kegiatan dan pertemuan yang dilakukan SKP-HAM dan Rumah Belajar Warga di Kabupaten Poso, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi.Tantangan yang pernah saya alami selama bergabung di SKP-HAM adalah pada saat saya melakukan pendataan terhadap korban pelanggaran HAM 1965/1966 di Kota Palu. Saat itu, saya mendapatkan penolakan dari sejumlah keluarga korban. Hal itu membuat saya merasa sangat gugup dan takut. Namun, berkat bantuan teman-teman, alhamdulillah, saya berani dan bisa menghadapinya. Pada akhirnya, saya bisa menyelesaikan pendataan yang menjadi tugas saya dan sekaligus bisa meyakinkan mereka yang pada awalnya menolak.Sejak bersama SKP-HAM, selain jadi memiliki banyak teman, saya pun jadi punya banyak pengalaman. Saya bisa turut hadir dan duduk bersama orang-orang penting, mengikuti rapat dan pertemuan di kantor Komnas HAM perwakilan Sulawesi Tengah, bertemu dengan wali kota, gubernur, dan dengan menteri hukum dan HAM secara langsung, serta dengan orang-orang hebat lainnya yang biasanya hanya saya lihat di telivisi.Berbagai pengalaman dan ilmu yang saya dapatkan bersama SKP-HAM telah membuat kepercayaan diri saya semakin bertambah.***
