Managing Risk through Economic Development (MRED)

Proses PDRA bagian dari Program MRED
Lembaga Pendukung:

Mercy Corps Indonesia

Durasi Program:

12 bulan

Pelaksanaan:

2022—2023

Total Bujet:

USD 44,053

Status:

Selesai

Isu Terkait:

Kesiapsiagaan bencana, ketahanan perubahan iklim, gender, partisipasi, inklusi, pemberdayaan ekonomi

Managing Risk through Economic Development (MRED) digagas dan dilaksanakan oleh Mercy Corps Indonesia untuk membangun masyarakat yang siap bencana. MRED dirancang untuk memperkuat kapasitas masyarakat yang rentan agar mereka bisa meminimalkan dampak buruk pada kehidupan dan mata pencaharian yang disebabkan oleh bencana alam atau perubahan iklim.

Hal ini tidak terlepas dari tantangan yang saling terkait antara bencana alam, perubahan iklim, ketidakstabilan pasar, bahaya kesehatan lingkungan, dan degradasi ekosistem di Indonesia turut diperburuk oleh pembangunan berskala cepat. Konsep Nexus dipilih sebagai metode untuk menggabungkan pendekatan Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Masyarakat dengan pengembangan sistem pasar, agar masyrakat memiliki pilihan mata penaharian yang layak secara finansial dan memiliki manfaat ganda. Hal ini tidak hanya akan memperkuat implementasi program, namun juga akan membangun modal sosial untuk menghubungkan komunitas melalui kemitraan multi-stakeholder dengan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil.

Di Sulawesi Tengah, MRED memulai programnya pascabencana 28 September 2018, yaitu di 13 desa di dua kecamatan di Kabupaten Sigi: enam desa di Kecamatan Kulawi dan tujuh desa di Kecamatan Dolo Selatan. Untuk Program MRED ini, SKP-HAM Sulawesi Tengah menjalankan programnya di enam desa Kecamatan Kulawi selama satu tahun, yaitu di Desa Salua, Desa Namo, Desa Mataue, Desa Bolapapu, Desa Boladangko, dan Desa Toro.

Merujuk pada tujuan Program MRED, SKP-HAM Sulawesi Tengah menjalankan berbagai aktivitas untuk meningkatkan kapasitas masyarakat di enam desa ini agar lebih siap lebih siap menghadapi bencana dan mendorong pembangunan ekonomi melalui berbagai kegiatan penguatan mata pencaharian. Selain upaya-upaya tersebut, SKP-HAM Sulteng telah melaksanakan pelatihan Gender, Kesetaraan, dan Inklusi Sosial (GESI) dan menyusun dokumen Kajian Risiko Bencana (KRB) secara partisipatif bersama warga desa dampingan.

Pelatihan GESI dirancang untuk membekali anggota kelompok Pengurangan Risiko Bencana (PRB) desa dan perwakilan masyarakat dengan pengetahuan dan pemahaman tentang kesetaraan gender dan inklusi sosial. Pengetahuan GESI harapannya akan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan dalam perencanaan dan pelaksanaan PRB. Di sisi lain, penyusunan dokumen KRB dimaksudkan untuk membantu masyarakat desa mengenali dan memahami potensi dan risiko bencana di wilayah mereka.***